Cap Gomeh di Pulau Kemaro Palembang
Cap Go Meh merupakan acara tradisi tahunan dari lanjutan hari besar imlek masyarakat Tionghoa. Acara Capgomeh biasanya dilakukan sekitar dua minggu dari acara besar imlek. Di Sumatra Selatan, tepatnya di palembang juga ikut merayakan hari besar Cap Go Meh. Acaranya dipusatkan di pulau Kemaro dengan sangat meriah.
Alasan memusatkan kegiatan Cap Go Meh di Pulau kemaro karena disana terdapat kelenteng yang berdiri megah dan menjadi pusat orang Tionghoa untuk bersembayang disana. Tidak hanya penduduk lokal sekitar Palembang, masyarakat dari luar kota dan bahkan dari luar negeri datang berkunjung ke pulau ini untuk berdoa dan bersembahyang di acara tsb.
Setiap acara Cap Go Meh, para pengusaha lokal tionghoa menyumbang biaya menyebrang kapal dari dermaga Jembatan Ampera ke Pulau Kemaro, yang membuat para pengunjung menjadi sangat banyak dan berdesak-desakan selama dua harian penuh.
Di Pulau Kemaro selain untuk berdoa dan sembayang terdapat juga acara seperti barongsai, bazaar dan kegiatan hiburan lainnya yang membuat para pelancong betah berlama-lama disana. Cap Go Meh di palembang menjadi acara tahunan yang ditunggu oleh masyarakat setiap tahunnya.
Di Pulau Kemaro ini alkisah katanya dulu ada cerita pasangan cinta yang berakhir tragis dimana terdapat puteri raja bernama Siti Fatimah yang disunting oleh bangsawan Tionghoa bernama Tan Bun An. Suatu ketika, Siti Fatimah diajak ke negeri Tiongkok oleh Tan Bun An untuk bertemu dengan keluarganya yang berada disana. Sepulangnya ke Palembang, mereka dihadiahi tujuh buah guci oleh orangtua Tan Bun An.
Ketika kapal yang mereka tumpangi sampai di perairan Sungai Musi, Tan Bun An membuka hadiah yang diberikan oleh orang tuanya. Dia sangat kaget karena mengetahui bahwa di guci tersebut hanya berisi sayur-sayuran yang sudah membusuk. Tanpa berpikir panjang lagi, Tan Bun An membuang satu persatu guci tersebut ke Sungai musi. Sampai pada guci yang ketujuh, ternyata pecah, dan terdapat emas yang berada di dalamnya. Emas sengaja ditutupi dengan sayuran untuk menghindari ancaman bajak laut. Mengetahui bahwa hadiah dari orang tuanya adalah emas, Tan Bun An langsung menceburkan dirinya ke sungai untuk mengambil guci-guci tersebut.
Melihat suaminya yang tidak muncul ke permukaan, Siti Fatimah lalu ikut menceburkan dirinya ke sungai. Namun naas, Keduanya tidak muncul ke permukaan. Oleh karena itu, masyarakat sekitar masih sering datang ke Pulau Kemaro untuk mengenang suami istri tersebut.
Selain adanya kelenteng yang berdiri di tengah pulau, di pulau tersebut juga terdapat pohon cinta. Konon katanya, kalau sepasang muda mudi menuliskan namanya di sana, akan berakhir di pelaminan. Jadi tidak hanya punya kisah tragis, Pulau Kemaro juga punya mitos cinta.
Buat para traveler yang berasal dari luar kota dapat menjadikan rencana liburan kalian untuk mengunjungi Pulau Kemaro. Selamat berlibur.
Cap Gomeh di Pulau Kemaro Palembang
Reviewed by JDLines
on
19.23.00
Rating:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar